Mau Kuliah di Kedokteran? Berikut Kiat Memilih Fakultas Kedokteran yang Bagus!

Mungkin posting ini sekalian Q and A. Fakultas kedokteran adalah salah satu fakultas yang paling banyak peminatnya atau bisa dibilang salah satu fakultas favorit. Ketika masih kecil, rata-rata anak jika ditanya tentang cita-cita, mereka akan menjawab lantang; “aku pengen jadi dokter!”. Seperti iklan susu yang dulu ramai di televisi;

Guru    : Nanti Chilla kalo udah gede mau jadi apa?

Chilla   : Chilla pengen jadi dokter biar bisa sembuhin temen-temen chilla yang sakit.

Masuk fakultas kedokteran dianggap sebagai hal yang prestisius oleh masyarakat. Dianggap memiliki masa depan yang terjamin plus uang yang berlimpah ruah.  Anak-anak yang berhasil lulus di fakultas kedokteran punya image pinter plus orang tuanya kaya raya. Padahal mah gak cuma orang kaya yang bisa sekolah di kedokteran dan dokter sebenernya engga kaya raya; apalagi setelah ada BPJS.

Tanggung jawab dokter itu berat; menyangkut nyawa manusia. Dokter dipercaya oleh keluarga pasien untuk menyelamatkan nyawa orang yang mereka cinta. Bahkan dokter juga disebut sebagai kepanjangan “tangan” Tuhan.

Kembali ke judul, disini saya akan membahas kiat-kiat memilih fakultas kedokteran yang bagus. Posting ini berdasarkan pengalaman dan riset kecil-kecilan.

Pertama:
“Niat masuk fakultas kedokteran.”

Sebelum membahas kiat memilih fakultas kedokteran yang bagus, tanyakan dulu pada dirimu; “Kamu mau masuk fakultas kedokteran karna apa? Udah yakin banget nih mau masuk fakultas kedokteran?”

Pondasinya harus kuat untuk membangun sebuah rumah yang kokoh. Niatnya harus kuat biar nanti meskipun susah, capek, dan embel-embel lainnya membuat kamu putus asa, kamu engga bakal berpikiran untuk berhenti. Berhenti = ngebuang umur dan uang.

Masa pendidikan itu lama, yaitu kurang lebih enam tahun (3,5 – 4 tahun preklinik, 2 tahun koass). Setelah lulus koass, para calon dokter tersebut harus mengikuti ujian UKDI atau uji kompetensi dokter indonesia dan OSCE nasional. Kalo udah lulus kedua ujian tersebut, baru deh disumpah dokter dan mendapat gelar dokter. Tapi eits, perjuangan belum usai! Untuk mendapatkan surat izin praktek (SIP), para dokter ini harus mengikut program internship terlebih dahulu selama kurang lebih dua tahun.

Setelah selesai internship, dapet SIP, udah bisa praktek, dokter pun DIWAJIBKAN untuk mengumpulkan sekitar 250 poin SKP dalam satu periode (setiap lima tahun) untuk memperpanjang STR atau surat tanda registrasi. Nah STR ini adalah syarat untuk memperpanjang SIP. Tujuan mengumpulkan SKP sebenernya adalah agar para dokter terus mengupdate ilmunya, meningkatkan kemampuannya, nambah pengetahuannya. Bagaimana cara mengumpulkan SKP? Caranya dengan mengikuti seminar, simposium, workshop, pelatihan, bakti sosial, dan lain-lain. Ribet, ya?

Kedkteran itu lekat dengan tuntutan harus rajin membaca buku tebel, waktu tidur selalu kurang, kejar deadline laporan, kuliah dari jam 7 sampe sore, tugas bak sungai yang mengalir; engga berenti-berenti, dan embel-embelnya yang bikin kamu pusing sedangkan waktu libur anak kedokteran itu minim, banget.

Bisa ngebayangin engga, nanti, ketika temen-temen kamu yang menjalani studi strata 1 sudah tamat, bekerja, menikah, menimang anak, sedangkan kamu masih sibuk sama kuliah.

Coba bayangin ketika temen-temen satu universitas kamu jatah liburnya satu bulan dan jatah libur kamu cuma dua minggu? Liburnya telat, masuknya cepet.

Ketika temen-temen kamu yang lain main, jalan, nyobain tempat-tempat baru, tidur dibawah jam 12 malem, kamu boro-boro jalan, tidur empat jam aja udah syukur Alhamdulillah. Sedangkan pagi jam 7 jadwal kuliah sudah menunggu dan kamu engga di sediain jatah bolos. Bolos? Engga bisa ikut ujian blok.

Ohya, kedokteran melaksanakan sistem KBM. Jadi pembelajarannya sistem per blok. Satu semester bisa terdiri atas dua, tiga, atau bahkan lima blok. Tergantung kebijakan universitas masing-masing. Dan setiap akhir blok, kamu bakal ujian. Iya, hidup kamu bakal penuh dengan ujian. Ujian mulu. Ujiannya engga cuma ujian tulis atau ujian CBT, tapi juga ujian lisan; OSCE dan SOCA. Setiap minggu kamu akan disuguhi kewajiban berupa presentasi, kurang lebih dua atau tiga kali dalam seminggu. Tidak lupa dengan praktikum dan yang pasti deadline laporan. Tugas bak sungai yang mengalir; engga berenti-berenti.

Di kedokteran juga mengenal sistem “turun blok” dan “tidak naik tingkat”. Jika nilai kamu engga mencukupi, ya kamu harus tinggal blok ikut adek kelas. Tidak naik tingkat diperbolehkan maksimal hanya dua kali. Lebih dari dua kali, mahasiswa akan di Drop Out (D.O).

Saya punya banyak teman yang sudah berhasil masuk ke fakultas kedokteran dengan gagah, tapi akhirnya mengugurkan diri karna pelajarannya berat. Salah satu teman saya malah mengidap sakit jantung karna stress kuliah di kedokteran.

Yaa mau kuliah di jurusan apapun pasti ada suka dukanya.

Harus tahan banting, sih. Kamu harus pinter manage stress, manage diri, manage rasa malas. Jangan masuk fakultas kedokteran karna alasan ‘dokter kan kaya’. Sekarang udah jamannya BPJS. Boro-boro kaya. Kalo mau kaya, jadi pebisnis aja, jangan jadi dokter ya. Hehe.

Kedua:
“Akreditasi”

Ini poin paling penting sih menurut saya. Jangan pake prinsip “yang penting jadi dokter” aja. Kamu harus mempertimbangkan akreditasi. Minimal akreditasi B, ya. Kenapa? Karna lulusan fakultas kedokteran berakreditasi C belum bisa mengambil spesialisasi. Bisa sih ngambil strata 2, tapi engga bisa ngambil program spesialisasi.

Selain itu, kalo kamu mau jadi dokmil atau dokter militer, mereka hanya menerima lulusan dari fakultas kedokteran berakreditasi minimal B dengan minimum IPK yang telah ditentukan.

Untuk ngecheck akreditasi fakultas kedokteran bisa dilihat di web dikti; link.

Kamu boleh kok memilih fakultas kedokteran berakreditasi C dengan jaminan jika nanti akreditasnya bakal naik.

Ketiga:
“Negeri atau Swasta?”

Basically universitas negeri atau swasta mah sama aja. Kualitas dan fasilitas ditentukan akreditasi. Bedanya kalo masuk universitas negeri biayanya notabene lebih ringan ketimbang swasta. Masuk universitas negeri ada tiga pilihan jalur, nih biasanya; SNMPTN, SBMPTN, dan jalur mandiri. Nah jalur mandiri itu jorjoran dah uang masuknya mahal. Universitas negeri persaingannya lebih ketat, sih.

Saya menyarankan, kalo pengen banget masuk fakultas kedokteran, kamu bisa ikut tes fakultas kedokteran di universitas swasta sebagai cadangan barangkali (jeleknya) enggak lulus di universitas negeri. Biasanya seleksi masuk universitas swasta dibuka mulai bulan desember hingga agustus. Tergantung universitas. Biasanya biaya dan persaingan makin ketat jika mengikuti seleksi pasca pengumuman SBMPTN.


Keempat;
“Pulau Jawa tempat yang strategis?”

Engga mesti ke pulau jawa kok demi kuliah di fakultas kedokteran yang bagus. Kualitas tergantung akreditasi dan fakultas kedokteran dengan akreditasi A dan B banyak bertebaran dimana-mana kok. ^^

Inget, ya. Berhasil masuk fakultas kedokteran belum tentu jadi dokter. Ada banyak kemungkinan yang dapat menyebabkan kamu gugur di tengah jalan. Masuk fakultas kedokteran itu baru awal, perjuangan baru akan dimulai setelahnya.

Kedokteran mempelajari seluruh tubuh manusia. Dari hal terkecil dan kompleks hingga hal besar. Tubuh manusia itu kompleks, pelajaran tentangnya juga rumit. Tanggung jawab dokter itu berat; menyangkut nyawa manusia.

Jangan bayangkan sulitnya, bayangkan seberapa banyak nyawa yang bisa kamu selamatkan karna skill dan ilmu kamu. Bayangkan betapa banyak doa ikhlas dari keluarga pasien yang dikirimkan untukmu karna kamu berhasil menyelamatkan nyawa orang terkasih mereka; yang berkat bantuan Tuhan pastinya.  ^^

Semangat! Selamat berjuang calon teman sejawat!

Sindrom butuh pacar

Setiap ujian, selain mengalami anxiety-syndrome biasa rata-rata dari mahasiswa kedokteran-yang-jomblo juga menderita sindrom lain, yaitu sindrom ‘butuh pacar’.

Sindrom butuh pacar adalah kondisi dimana mahasiswa kedokteran yang jomblo dan stress berat karna beban ujian sedang butuh perhatian, bimbingan, doa, dan kasih sayang dari seorang penyemangat yang merupakan lawan jenis.

Sindrom ini dominan menyerang perempuan berstatus jomblo berusia remaja hingga dewasa dengan riwayat pacaran atau jatuh cinta sebelumnya.

Sindrom ‘butuh pacar’ ini terdiri atas dua fase, yaitu fase akut dan fase kronik.

Pada fase akut, sindrom ‘butuh pacar’ ini berlangsung beberapa hari sebelum hingga sesudah masa ujian. Setelah ujian penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (self limiting disease). Kadang sindrom ini terus berlangsung meskipun ujian telah selesai hingga memasuki fase kronik.

Fase kronik terjadi jika onset penyakit ini sudah melebihi 6 bulan. Penderita sering terlihat uring-uringan dan mudah baper (bawa perasaan) saat melihat orang lain berpacaran mesra di hadapannya atau saat ada lelaki yang berusaha memberikan perhatian kepada penderita.

Karna terlalu sering baper, biasanya pada fase kronik penyakit sering disertai komplikasi seperti sakit hati karna merasa diberi harapan palsu (php) bahkan dapat menyebabkan menurunnya indeks prestasi penderita.

Manifestasi umum dari sindrom ini berupa;

  1. Pikiran galau saat membaca teks book untuk persiapan ujian. Contohnya seperti;

“Coba punya pacar, pasti ada yang nyemangatin, yang nemenin begadang ujian.”

“Coba punya pacar, pasti ada tempat buat berbagi tekanan ujian.”

“Maa, aku pengen nikah ajaa gamau ujian.”

  1. Jika penderita punya riwayat berpacaran sebelumnya, biasanya pasien akan stalking mantan terakhir atau mantan terindahnya (?)
  2. Uring-uringan, sering melamun. Saat melamun yang terpikirkan adalah;

“andai aku punya pacar”

“andai si x jadi pacarku, dia pasti bisa bantuin aku belajar.”

“andai pacarku menteri pendidikan, kan ku hapuskan soca dan osce dari muka bumi”

Oke yang terakhir terlalu lebay.

  1. Efek paling parah adalah bikin meme dengan background artis untuk menyemangati diri sendiri dan kemudian dijadikan background desktop-wallpaper gadget- bahkan di upload ke sosial media. Contohnya seperti ini;

meme semangat belajarnya

Prognosis sindrom ini dubia ad bonam.

Ta-Lak Non-farmakologi:

  • Sindrom ini akan hilang jika penderita memiliki pacar, maka carilah pacar.
  • Jika belum sanggup untuk berpacaran dan ingin focus ke kuliah, ingatlah selalu bahwa kita tak pernah tau usia orangtua sampai kapan, maka fokuslah kuliah dan bahagiakan orangtua dengan prestasimu secepat mungkin.

Setelah complete remission, semua akan kembali normal. Ingatlah, ntah seberapa lama kamu menjadi jomblo, jadilah seorang jomblo yang bermartabat dan punya harga diri. Kembangkan kemampuanmu sebaik mungkin. Meskipun sekarang tidak punya pacar bukan berarti tak ada yang menginginkan kamu.

Lelaki di usia muda masih suka main-main dan sukanya pacaran sama perempuan paling cantik. Tapi untuk menikah, lelaki akan mencari perempuan yang baik secara agama, sifat, serta kepintarannya. Dan mertua pasti bangga punya menantu seorang dokter.” -Mia, 22 tahun, Dokter muda.

Nah, jadi belajar yang baik ya! Jodoh-rezeki-hidup-mati udah ada yang menentukan kok. Tugas kamu hanya berusaha semaksimal mungkin. Tuhan selalu tau apa yang terbaik. Semangat! ^^

**Posting ini berasal dari hasil observasi secara pribadi antar individu. Mohon maaf jika beberapa manifestasi tidak sesuai dan jika terdapat kata-kata yang menyinggung. You can also leave a comment to add some manifestation of this disease! thank you! xoxo**